Poster film <i>In The Name of God: A Holy Betrayal</i>/Net
Poster film In The Name of God: A Holy Betrayal/Net
KOMENTAR

SUDAH bukan hal yang asing ketika ada sebuah agama yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran yang dikaidahkan dalam sebuah agama. Mudahnya, kita menyebutnya sebagai sekte sesat. Tidak hanya terkonsentrasi di sebuah negara, sekte-sekte ini layaknya jamur yang bisa bermunculan di mana saja.

Film In The Name of God: A Holy Betrayal, film dokumenter dari Korea mencoba mengangkat sekte-sekte sesat di Negeri Ginseng tersebut. Para pendiri sekte mengaku sebagai juru selamat, nabi palsu atau penerima wahyu Tuhan, bahkan ada yang menganggap dirinya sebagai Tuhan.

Mengutip netflix.com, film dokumenter ini membongkar perilaku menyimpang empat pemimpin sekte sesat di Korea. Mereka adalah Jeong Myeong Seok dari Christian Gospel Mission, Park Soon Ja dari Gereja Odaeyang, Kim Ki Soon dari Baby Garden, dan juga Lee Jae Rock dari Manmin Central Church.

Terbongkarnya ajaran-ajaran sesat tersebut bermula ketika mantan jamaahnya menceritakan ritual keagamaan yang terasa sangat menggetarkan siapapun yang menonton film tersebut. 

Ada beragam penyimpangan yang dilakukan nabi dan tuhan mereka, beberapa di antaranya terkait penganiayaan hingga menghilangkan nyawa para pengikut. Bahkan, penganut wanitanya mengalami pelecehan seksual yang menyedihkan.

Ada banyak protes keras dilayangkan kepada sang produser, meskipun ia bersikukuh bahwa filmnya beranjak dari kisah nyata. Bagi umat Islam sendiri, hendaknya saripati film ini bisa dijadikan sebuah renungan.

Begini, sekte-sekte menyimpang sudah mulai bersemi semenjak zaman Rasulullah dan tidak sedikit yang disesatkannya. Bukan hanya mengaku sebagai nabi, para pendiri sekte sesat itu juga mengubah syariat Islam demi menggaet banyak pengikut.

Rachmat Morado Sugiarto dalam bukunya Fikih Akhir Zaman (2022: 4) menulis, secara historis para nabi palsu telah bermunculan sejak zaman Nabi Saw, dimulai oleh Musailamah al-Kadzdzab, kemudian diikuti oleh Aswad al-Ansi di Yaman. Setelah mereka muncul, ada juga seorang yang bernama Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi, yang kemudian bertaubat dari perbuatannya dan masuk Islam di zaman kekhalifahan Umar. 

Di India, ada seorang yang mengaku nabi, yaitu Mirza Ghulam Ahmad, dari daerah Qadian. Di Indonesia, paling tidak ada beberapa orang yang mengaku dirinya sebagai nabi atau mendapat wahyu dari Tuhan. Nama-nama mereka ialah: Ashriyanti Samuda, Ahmad Musaddeq, Cecep Solihin, Eyang Ended, Sri Hartati, Abdul Muhjib, dan Lia Eden. 

Dan yang sangat membingungkan, di Korea Selatan, negara yang terkenal modern, masih saja ada manusia yang terjebak menjadi pengikut aliran sesat. Artinya, adanya kehampaan spiritual manusia modern yang mana kehampaan itulah yang diisi oleh pihak-pihak tertentu dengan amunisi ajaran sesatnya. 

Sisi positifnya, kejadian yang dirangkum oleh film dokumenter ini membuktikan bahwa manusia memang makhluk spiritual, tidak terkecuali di negara maju sekalipun, manusia bisa mengalami dahaga spiritual. 

Dari itulah, manusia modern yang tidak memiliki bekal agama sangat rentan tertawan oleh sekte sesat. Malangnya, orang-orang baru tersentak ketika sudah banyak korban berjatuhan.

Dari masa Nabi Muhammad hingga akhir zaman kelak, yang namanya nabi palsu ataupun sekte sesat tidak akan ada habisnya. Akan ada saja pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kelemahan manusia. Oleh sebab itu, tidak dapat dihindarkan lagi betapa pentingnya ajaran agama ditanamkan sejak dini.

Kegiatan-kegiatan keagamaan perlu ditingkatkan, siraman rohani perlu digiatkan dalam kajian ke-Islaman yang mendalam. Jangan kendor tatkala ada yang mengkritik pengajian, sebab pada hakikatnya dalam kajian keagamaan itulah kemaslahatan hidup bangsa ini dijaga.  




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur